Assalamualaikum :)
Langkah
kaki ini kian menggebu, rasa ditunggu seseorang dalam ruangan. Menuju lantai
dua di Perputakaan Daerah , tapak kaki ini perlahan mengurangi kecepatan. Ada apa
dengan hati ini, masuk ruangan dan menulis buku tamu. Beberapa orang dalam
ruang tak satu pun wajah yang ku kenal. Tak sengaja, wajah ini berbalik arah,
pernah sempat ku mengenali wajah itu, teringat dalam ingatan, ternyata dia
salah satu senior di kampus. Menusuri satu persatu lorong rak buku-buku dengan
nomor kode buku yang tertata. Tepat di lorong buku bagian sastra, bibir ini
tersenyum sumringah. Ntah, ada hasrat tuk melakukan itu pada seorang lelaki
yang berdiri diujung lorong sambil memegang buku yang hendak dibaca, ku ingat
siapa dia, merasa telah lama mengenalnya, namun siapa, belum dapat menjawab
tebakan siapa dia. Merasa belum menemukan buku yang ingin aku baca, langkah ini
ingin aku tarik menjauh dari lorong itu. Tepat pada rak buku yang membuat langkah ini
segan tuk melangkah kembali, rak buku bagian ekonomi. Getar dalam saku membuat
diri ini sadar, bahwa aku membaca bukan pada tempatnya, melainkan diujung
lorong. Ku ambil handphone yang ada disaku, ada 1 message dari seseorang. “gadis senyum manis berkacamata, mau kemana
kau beranjak, tak lihat kah kau , seorang pujangga berdiri diujung lorong rak
buku bagian sastra, sedang membawa buku Belanda, melihat mu”. Mata ini serentak
menyorot lurus lorong didepanku. Berdiri seorang lelaki, dan tersenyum. Dengan
jarak yang dekat, kusadari dia seorang teman lama, yang ku kenali dengan
perantara teman baikku sampai saat ini. Dia, yang telah mencuri hasrat bibir untuk tersenyum. Buku
yang telah ku pegang dan buku yang telah dia baca, kami letakkan ke meja
pengawas. Kami menuju lantai bawah, dia mengambil kendaraan yang berada
diparkiran, dan aku masih di loker untuk mengambil tas. Daripada kami berbincang-bincang di
perpustakaan, lebih baik kami melaju ke toko buku di salah satu Mall terdekat. Setelah membeli sebuah buku, kami duduk di
kursi yang telah disediakan di tepi toko. Berbincangan sudah berlalu cukup
lama, dia menyodorkan sebuah tiket pergelaran drama disebuah kampus PTN. “ini,
ada dua tiket, yang satu untuk aku, yang satu untuk kamu, yang sudah lama ku
janjikan ke kamu, ku harap kamu bias hadir yah, acaranya dua hari berturut, besok
aku jemput kerumahmu”. Jujur, waktu itu juga, aku butuh kesegaran, setelah
berduaan dengan tugas-tugas kuliah, yang selalu menghampiri walau tak
diinginkan. “InsyaAllah, aku usahakan”. Hari H, tepat tanggal 6 Januari 2012. Sekitar
pukul 4 sore, suara kendaraan berhenti tepat didepan rumah, ternyata dia. Setelah
dia meminta izin dengan ayah untuk mengajak aku ke acara tersebut, kami pun
berangkat. Ketika diperjalanan, tangan ini tak lepas dari handphone, ku kirim
sebuah message ke teman baik yang mana telah mengenalkanku dengan dirinya,
walau sudah lama aku dan dia kenal, namun tetap merasa canggung . Sesampai dikampus,
diri ini merasa yakin tak yakin. Malu dengan
teman-temannya yang begitu banyak. Diperkenalkan satu persatu temannya, dan tak
ku kira, semuanya sangat welcome dengan kehadiranku :) . di pertengahan acara, ada waktu jeda
untuk kami istirahat, bingung mau melontarkan kalimat apa, yang sudah diujung
bibir untuk mengawali, dan ternyata dia yang mengawali percakapan “ dek,
kuliahnya bagaimana?nanti sebelum pulang makan dulu ya, Ibu masih di Tangerang
kan?nih ada cemilan buat ganjel perut” , senyumku mengawali balasan percakapan.
Rangkaian kata ku utarakan perlahan, “Alhamdulillah lancar mas, ade masih
kenyang, tadi sebelum berangkat sudah makan sama bapak, iya Ibu masih di
Tangerang, lusa pulang” . Drama pun dimulai kembali. Kami semua diam tanpa ada
suara. Sudah cukup malam bagi seorang wanita masih berada di luar, dan dia juga
tidak enak hati, akhirnya kami ijin pulang, dan berbincang bincang dengan
teman-temannya yang begitu supel menyenangkan bagi orang pendiam seperti aku
ini. Ketika diperjalanan, bibir ini terkunci, bingung mau bicara apa dan takut
apabila mengganggu dia yang sedang mengendarai. Sesampai dirumah dia langsung
pamit sama ayah untuk langsung bergegas pulang. Mata ini memandangi wajah melalui
kaca yang berada dikamar, virus merah jambu telah mengetuk hati sang pemilik
jiwa. Jiwa ini lelah, dan sesegera mengambil air wudhu untuk melakukan bentuk
wujud rasa syukur, tiba-tiba teringat waktu sholat maghrib di mushola kampus tadi, senyum
itu ku lihat kembali, senyum tulus untuk yang memandangnya. Selesai diri ini
mencurahkan segala rasa dengan Sang Maha Kuasa, jiwa ini merasakan sebuah
kenyamanan. Ingin rasa untuk membuka nebo dan menulis, tapi lelah ini sangat
terasa. Ku ambil handphone yang berada di atas meja dekat tempat tidur, ku buka
internet dan sign in ke facebook. Ketika ingin melihat notification, tiba-tiba suara
Sabrina dengan lagu “solo” membuat facebook aku sign out. Satu message dari dia
“Assalamualaikum ade, terimakasih ya uda nemenin mas malam ini, apabila besok
ada waktu lagi, ade berkenan kah pabila mas ajak nonton drama lagi?seprti yang
mas utarakan awalnya, pergelaran berjalan dua malam dan maaf apabila teman2 mas
td kurang berkenan dihati ade”, ketika itu juga aku langsung membalas “
Waalaikumsalam, sama2 mas ,InsyaAllah mas, ade usahakan,teman2 mas sangat
friendly, dan ade nyaman” . bingung dengan keadaan, apa benar-benar hati ini
terkena virus merah jambu, dan apa kah karena dia? Lelaki cuek, dingin, namun
bersahaja. Sudahlah, ku lanjutkan untuk mencoba tidur kembali karena sudah
terlarut malam. Tapi kenapa sangat sulit, apa aku menunggu balasan message dari
dia? Namun tidak mungkin , sudah terlarut malam, mungkin dia juga segan untuk
membalas, mungkin merasa takut mengganggu, finally aku tertidur :). pukul 4 sore Sabrina kembali melantunkan
lagu “solo” , satu message dari dia, “Assalamualaikum, ade , bagaimana dengan
ajakan mas?tapi kalau ade sibuk, mas bias memahami :) “ , Andai dia tahu, aku sudah berkemas, “
waalaikumsalam, ade bisa menemani mas”, dengan menunggu balasan kembali , tak
begitu lama ada balasan message “ trimakasih dek, insyaallah jam 5 mas sampai rumah”
,sejam kemudian suara kendaraan berhenti tepat didepan rumah, dan dia kembali. Tak
lupa pamit dengan Ayah, kami berangkat. Sesampai disana, bertemu dengan
teman-temanya kembali. Di tengah suasana yang begitu sunyi, dia membuka
percakapan, bukan mengenai drama , namun hal lain . “ade, sejujurnya mas sudah
lama mengintau adek, walau sudah lama kita kenal, mas belum pernah berani untuk
mengajak adek jalan, walau hanya membeli buku, ada kesempatan waktu teman yang telah
memperkenalkan kita menawari untuk main bareng lagi, mas tidak bias, ya mas
tahu kalau ade juga ada waktu itu. mas sudah lama mengintau ade, baik dari
status di jejaring sosial adek, maaf kalau ternyata mas lancang “ , huft,
merasa tiba-tiba tersedak , andai kamu tahu mas, ade juga sudah lama mengintau
mas, baik dari status di jejaring mas juga. “begitu ya mas :) “ susah bibir ini berucap. “dek, sudah
malam, ijin pulang dulu saja ya kalau nunggu sampai habis, habisnya bias berganti
hari hehe, jam 1,” dan kami pulang. Beberapa hari kemudian, dia meminta ijin
untuk datang kerumah, dan aku memperbolehkan. “Assalamualaikum” suara lelaki
bergeletar didepan pintu.”Waalaikumsalam, masuk mas” , terpaku, senyum
sumringah dari bibirnya. Tiba-tiba percakapan dimulai “dek, sejujurnya, mas sayang
sama ade, dan mas juga tahu ade juga sayang kan sama mas” seperti tersedak di
tenggorokan, aku tahu pasti ini bukan sebuah kibulan atau hanya puisi yang
sering di ungkapkan sang pujangga. Tapi, terlalu to the point sekali , “maaf
mas, ade belum bias menjawabnya” walau sebenarnya statement yang di lontarkan
itu benar “-mas juga tahu ade juga sayang kan sama mas-“ . perbincangan,
bercandaan, mulai meramaikan rumah, aku tahu mengapa diawal percakapan langsung
dia utarakan, karena kalau dipertengahan ku perkenalkan dengan ibu dan nenek. Ramai
sekali saat itu, ibu dan nenek sumringah atas hadirnya dia, membuat aku semakin
memiliki rasa itu. Beberapa hari lagi, finally, aku dan dia menjadi sebuah
cerita, dan kami berharap rasa ini, cinta ini tidak menjadi cinta semu kelak,
Amin. Sampai kapanpun, ingin rasa ini melihat senyum itu kembali. Senyum tulus
untuk yang dipandangnya.
Soo Suwiiiiiiiiiiiiiiiiiitttt :D
@trisnoaji : hehehee,,,,haayyooo ojo meri :)
#ojo meri : jangan iri :) hehe
Meri kwi asmane mbahku je :p
@trisnoaji : oalahh,,panjenengan niku tiyang Jawi nggih?heheh
yaah mau komen tapi kena roaming sama komen yang lain. :))
event: menulis di blog dapet android, ikutan yuk!
@teguh kurnaen : hehheh,,,monggo :D