eta story
be happy with me :)

numpang ngepost cerita yang sudah lama ya teman-teman :) lupa ngeposting waktu itu,,xixixi,, 


Hari ini, banyak hal yang dapat mengetuk hati saya. Membuka hati saya, hanya dengan sebuah ucapan dari seorang nenek, dari seorang bapak yang sedang menjaga anak-anaknya tanpa istrinya.
Seperti biasa, berangkat kuliah menumpangi armada umum yang selalu berganti rupa dan karakter berbeda dari setiap penumpang. Ini yang membuat saya lebih menyukai naik angkutan umum daripada dihantar dengan sepeda motor. Lebih bisa menikmati waktu, bukan berarti saya menyia-nyiakan waktu. Banyak hal yang bisa saya lakukan didalam angkutan umum, yang tidak sedikit orang mengeluh karena jalannya terlalu lambat. Yang pertama, dengan gamblang saya bisa mengamati banyak orang berlalu lalang dipinggir jalan dan aktivitas dari banyak orang pula. Yang kedua dapat menerka kesabaran pengendara motor atau mobil yang dengan bangganya meng’klakson’ armadanya, Yang ketiga dapat menghafalkan nama-nama gedung pencakar langit, dengan melantunkan sholawat junjungan Nabi Muhammad SAW, Yang Keempat pastinya menambah teman tanpa melihat usia tanpa melihat siapa dia, termasuk si drivernya sendiri dan mendapat senyum tentram dari setiap orang. Seseorang yang tersenyum kepada kita, hal itu merupakan cerminan diri kita terhadap orang lain. Apabila kita cemberut, jarang kita melihat orang lain yang tak kita kenal tersenyum kepada kita. Berbeda dengan ketika kita murah senyum dengan sesama, mereka tak segan membalas apa yang kita lakukan, yakni tersenyum.
“hati gembira, merupakan obat mujarab untuk jiwa raga. Hati sedih berduka merupakan hantaman yang dapat merusak tulang belulang kita. Dan resepnya adalah doa, itu cara saya agar saya selalu sehat buk,” rangkaian kalimat bijak dari seorang nenek, beliau duduk tepat disebelah saya. Ketika beliau turun tetap dengan semangatnya berkata “sampai jumpa, kalau berkenan dan ada waktu mampir kerumah saya (sembari melambaikan tangan kepada ibu-ibu didepan saya)”. Ku selalu menatap beliau dengan suaminya seusai sang suami membayar ke driver, beliau menyebrang jalan, walau suami sudah tua dan nenek tetap terlihat kekar, namun nurani lelaki tetap ingin melindungi sang istri, itu yang dilakukan sang kakek terhadap sang nenek dengan menggandeng sang nenek. Senyuman hangat di pagi hari.
“dek, belum boleh ikut kakak masuk ke perpusda kalau makannya belum habis, inget dek masih banyak orang diluar sana yang tidak bisa makan seperti adek, sudah bapak beliin dihabisin ya”. Kata seorang bapak terhadap anaknya.
Siang tadi, ketika di kantin Perpusda, melihat sebuah gambaran seorang ayah yang sangat sabar terhadap anak-anaknya. Dengan tiga orang anak, entah ibunya sedang dimana, yang pasti siang itu saya melihat seorang ayah dengan tiga anak yang dapat dikatakan anak-anak tersebut anak yang amat aktif. Dengan kesabaran, ucapan ringan, tanpa ucapan menggertak atau memukul anak lebih bisa menurut. Dengan memberikan nilai moril kehidupan, untuk dijadikan gambaran sang anak. Dan sangat benar ucapan sang bapak, “masih banyak orang diluar sana yang tidak bisa makan”, hal ini kembali mengetuk hati saya. Lagi-lagi saya tersentuh.
Eta Fatmawati
08 Juni 2013
Label: | edit post
3 Responses
  1. subhanallah,,ceritanya nyentuh banget,,semoga aku nanti bisa jadi ayah yg baik dan bijak seperti itu :))
    salam EPICENTRUM mampir ya kakaak :))


  2. subhanallah,,ceritanya nyentuh banget,,semoga aku nanti bisa jadi ayah yg baik dan bijak seperti itu :))
    salam EPICENTRUM mampir ya kakaak :))


  3. eta story Says:

    aamiin,,InsyaAllah kak,,,oh oke kak,,InsyaAllah saya mampir :)
    keep writting :)